Sabtu, 02 Juli 2011
Posted by Unknown
No comments | 10:32:00 PM
Kosong,........
tak ada kata dalam pikiranku kali ini. Sehampa padang pasir putih kesunyian yang kutempuh seharian ini.
Aku berjalan dalam dahaga, bersama kesendirianku di bawah bayang-bayang langit.
Kulihat Sang Mentari, menatapku dengan matanya yang tajam.
Entah kenapa, dia berkata,
"Kau seperti diriku, yang menyinarii jagad dengan cahaya yang menyilaukan."
Aku tersenyum kecil, dan berkata padanya,
"Tidak, aku tak seperti engkau. Bagaimana aku bisa bersinar, jika jiwaku sendiri tenggelam dalam kegelapan?"
Dia kembali berkata padaku,
"Kau seperti diriku. Jiwaku bersemayam di langit biru, dan sang waktu berjalan beriringan denganku, begitu juga kau."
Aku kembali tersenyum, dan berkata,
"Tidak, aku sama sekali tidak seperti engkau. Karena jiwaku tak pernah bersemayam dimanapun, sejak waktu berlari meninggalkanku."
Tak terduga, sang Surya pun tersenyum padaku kali ini, dan berkata,
"Aku seperti dirimu, wahai angin... Karena hatiku pun terpagut pada rembulan, yang selalu bersembunyi dalam kelam malam yang tak pernah dapat kudatangi."
Aku tertegun, terdiam sejenak, merenungi dan menyadari betapa kemiripanku denan angin dan mentari. Sementara tatapannya berubah dari tajam menjadi khidmat.
Kemudian kami berseru bersama, dengan suara yang mengguncang semesta,
"Aku dan rembulan adalah kekasih, meskipun kebersamaan kami hanya sebatas dalam kegelapan gerhana yang membutakan mata."
(07.27.07:22.12)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar